Pelukis Affandi adalah satu-satunya penerima Nobel dari Indonesia. Namun, ia menerima Penghargaan Alternatif Nobel pada tahun 1987.
Kartini Kartono adalah satu-satunya wanita Indonesia yang pernah menerima Nobel. Namun, ia menerima Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 2004 sebagai bagian dari kelompok PBB.
Abdurrahman Wahid, yang juga dikenal sebagai Gus Dur, adalah mantan Presiden Indonesia dan juga seorang penulis. Ia menerima Penghargaan Alternatif Nobel pada tahun 1984 untuk karyanya dalam advokasi hak asasi manusia.
Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis terkenal Indonesia, diusulkan untuk menerima Penghargaan Sastra Nobel beberapa kali, namun tidak pernah memenangkannya.
Dr. Boenjamin Setiawan adalah seorang ahli farmasi yang mendapatkan beberapa paten penting dalam bidang farmasi dan kesehatan. Ia menerima Penghargaan Teknologi Terapan Nobel pada tahun 2005.
Goenawan Mohamad adalah seorang penyair, penulis, dan jurnalis terkenal Indonesia. Ia menerima banyak penghargaan termasuk Penghargaan Internasional Pendidikan UNESCO untuk Jurnalisme pada tahun 2006.
Profesor Rudy Susilo adalah seorang ahli matematika yang dipuji oleh komunitas internasional untuk kontribusinya dalam bidang matematika. Ia menerima Penghargaan Matematika Ramanujan pada tahun 2006.
Profesor Bambang Hidayat adalah seorang ahli fisika yang telah melakukan banyak penelitian dalam bidang kekuatan material. Ia menerima Penghargaan Fisika Abdus Salam pada tahun 2008.
Profesor Muhammed Yunus adalah seorang ekonom Bangladesh yang dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 2006. Ia juga merupakan pendiri Grameen Bank, yang memberikan kredit mikro kepada orang miskin di Bangladesh. Grameen Bank telah menjadi inspirasi bagi program-program serupa di Indonesia.
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia (YPMMI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan oleh Dr. Muhammad Yunus dan beberapa rekannya pada tahun 1997. YPMMI telah membantu ribuan orang di seluruh Indonesia untuk memulai usaha kecil dan menengah.