Tanaman ganja atau cannabis memiliki lebih dari 100 senyawa aktif termasuk THC (tetrahydrocannabinol) dan CBD (cannabidiol) yang dapat memberikan manfaat medis.
Tanaman ganja atau cannabis memiliki lebih dari 100 senyawa aktif termasuk THC (tetrahydrocannabinol) dan CBD (cannabidiol) yang dapat memberikan manfaat medis.
THC adalah senyawa psikoaktif yang memberikan efek euforia dan kegembiraan pada pengguna ganja, sedangkan CBD tidak memiliki efek psikoaktif tetapi dapat memberikan manfaat medis.
Sejarah penggunaan ganja untuk kepentingan medis telah ada sejak 2737 SM di Tiongkok, di mana kaisar Shen Neng menggunakannya untuk mengobati berbagai penyakit.
Ganja digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti kanker, epilepsi, glaukoma, arthritis, multiple sclerosis, HIV/AIDS, dan banyak lagi.
Penggunaan medis ganja telah diizinkan di beberapa negara seperti Kanada, Belanda, Spanyol, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat.
Dalam pengobatan, ganja dapat dikonsumsi dalam bentuk rokok, vape, edible, minyak, dan salep.
Berdasarkan penelitian, penggunaan ganja dapat mengurangi rasa sakit, kecemasan, depresi, dan mual pada pasien kanker.
Namun, penggunaan ganja juga dapat menyebabkan efek samping seperti kecemasan, ketidakstabilan emosi, dan penurunan kinerja kognitif.
Di Indonesia, penggunaan dan pemilikan ganja masih dianggap ilegal dan dapat dijatuhi hukuman penjara.
Beberapa negara saat ini sedang melakukan penelitian lebih lanjut tentang ganja untuk kepentingan medis, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat kesehatan yang lebih besar bagi masyarakat dunia.
