Mesin tik pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1880-an oleh perusahaan Belanda yang bernama Nederlandsch Indische Handelsbank.
Pada tahun 1910, mesin tik sudah mulai diproduksi secara lokal oleh perusahaan Belanda di Indonesia.
Pada tahun 1930-an, mesin tik menjadi semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan pejabat dan pengusaha.
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1940-an, produksi mesin tik hampir sepenuhnya berhenti.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, produksi mesin tik mulai bangkit kembali dan banyak perusahaan lokal yang mulai memproduksi mesin tik.
Pada tahun 1960-an, mesin tik elektronik mulai diperkenalkan di Indonesia dan semakin populer di kalangan pengusaha dan kantor-kantor pemerintahan.
Seiring dengan kemajuan teknologi, produksi mesin tik semakin menurun pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Mesin tik kini menjadi barang yang langka dan sering dijadikan koleksi oleh para penggemar.
Indonesia memiliki beberapa koleksi mesin tik antik yang sangat berharga, salah satunya adalah koleksi milik Museum Nasional Indonesia.
Mesin tik masih digunakan oleh beberapa orang di Indonesia, terutama di kalangan penulis dan wartawan yang menyukai cara mengetik yang klasik dan tradisional.