Jalan Sutera awalnya tidak hanya melintasi Asia Tengah, tetapi juga mencakup Jawa dan Sumatra di Indonesia.
Jalan Sutera tidak hanya digunakan untuk perdagangan, tetapi juga untuk bertukar budaya, bahasa, dan agama.
Pada abad ke-2 SM, Dinasti Han di China mencoba mengembangkan rute perdagangan ke Asia Tengah dan Eropa dengan mengirimkan duta besar mereka ke negara-negara di sepanjang Jalan Sutera.
Salah satu barang perdagangan terpenting di Jalan Sutera adalah sutra, sebuah kain mewah yang dibuat dari benang ulat sutera.
Selain sutra, rempah-rempah seperti kayu manis, kapulaga, dan lada juga merupakan barang perdagangan yang penting di Jalan Sutera.
Selama abad ke-14, seorang penjelajah Venesia bernama Marco Polo melakukan perjalanan ke China melalui Jalan Sutera dan menuliskan pengalaman perjalanannya dalam buku yang terkenal, "The Travels of Marco Polo".
Jalan Sutera membantu menyebarkan agama Buddha dari India ke Asia Tengah dan China.
Pada abad ke-13, Mongol menaklukkan sebagian besar wilayah di sepanjang Jalan Sutera dan membuka jalan bagi perdagangan dari China hingga Eropa.
Selain pedagang, Jalan Sutera juga digunakan oleh para tukang pos untuk mengirim surat dan pesan antara berbagai negara.
Meskipun Jalan Sutera tidak lagi menjadi rute perdagangan utama, beberapa kota dan desa di sepanjang jalur tersebut masih menjaga warisan budaya dan sejarahnya.