Seni kaca patri sudah ada di Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Penyebaran agama Kristen di Indonesia pada abad ke-16 mempengaruhi perkembangan seni kaca patri.
Istilah "kaca patri" berasal dari bahasa Belanda "gebrandschilderd glas" yang artinya "kaca yang dibakar".
Kaca patri biasanya digunakan untuk mempercantik jendela gereja atau bangunan bersejarah.
Salah satu contoh kaca patri yang terkenal di Indonesia adalah kaca patri di Gereja Katedral Jakarta.
Seni kaca patri di Indonesia menggabungkan elemen budaya lokal dengan teknik dan motif Barat.
Beberapa seniman Indonesia terkenal seperti Affandi dan Hendra Gunawan juga mencoba membuat karya seni kaca patri.
Kaca patri juga digunakan untuk membuat lampu gantung yang indah dan unik.
Proses pembuatan kaca patri meliputi pemotongan kaca, pengukiran motif, dan penyatuan dengan timah hitam.
Meskipun sudah ada teknologi modern untuk membuat kaca patri, proses pembuatan secara tradisional masih dilakukan oleh beberapa pengrajin di Indonesia.