Pada zaman Mesir Kuno, orang-orang sering menggunakan lilin untuk menerangi ruangan mereka, dan mereka membuat lilin dari lemak binatang.
Di Jepang, mereka memiliki tradisi kuno yang disebut "Kintsugi", di mana keramik yang rusak dipulihkan dengan emas, membuatnya terlihat lebih indah daripada sebelumnya.
Dalam budaya Indian, "Rangoli" adalah seni membuat pola dengan serbuk warna di lantai, dan ini sering dilakukan pada festival dan perayaan.
Di Jerman, orang-orang sering menggantung "Schultüte" di atas tempat tidur anak-anak mereka, yang berisi hadiah dan permen untuk merayakan hari pertama sekolah mereka.
Di Yunani Kuno, orang-orang sering menghiasi dinding mereka dengan fresko, gambar yang dicat langsung pada dinding yang masih basah.
Di Tiongkok, orang-orang sering menggunakan warna merah dalam dekorasi rumah mereka karena dianggap sebagai warna keberuntungan.
Di Skandinavia, "Hygge" adalah konsep yang sangat penting dalam dekorasi rumah, yang mengacu pada suasana yang hangat, santai, dan nyaman.
Di Meksiko, "Dia de los Muertos" adalah festival yang dirayakan setiap tahun untuk menghormati orang-orang yang telah meninggal, dan orang-orang sering menghiasi rumah mereka dengan bunga dan lilin.
Di Afrika Selatan, orang-orang sering menggunakan kain batik yang disebut "Shweshwe" untuk membuat bantal dan taplak meja yang indah.
Di Inggris, "William Morris" adalah desainer terkenal yang memimpin gerakan Arts and Crafts pada abad ke-19, yang menekankan pada keindahan dan kualitas kerajinan tangan dalam dekorasi rumah.