Sosiologi pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh K. F. Holle pada tahun 1910-an.
Pada tahun 1950-an, sosiologi mulai berkembang pesat di Indonesia dengan didirikannya Fakultas Sosiologi di Universitas Indonesia.
Salah satu tokoh sosiologi terkenal di Indonesia adalah Soerjono Soekanto, yang dikenal sebagai "Bapak Sosiologi Indonesia".
Pada era Orde Baru, sosiologi di Indonesia berada di bawah pengaruh pemerintah dan pengajaran sosiologi diarahkan untuk mendukung ideologi pemerintah.
Setelah reformasi, sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan yang lebih bebas dan beragam dengan munculnya berbagai kajian kritis dan multidisipliner.
Beberapa topik kajian sosiologi yang populer di Indonesia adalah konflik sosial, kesenjangan ekonomi, agama dan kepercayaan, serta identitas dan multikulturalisme.
Selain di universitas, sosiologi juga dipelajari di sekolah menengah atas sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan nasional.
Pada tahun 2019, Indonesia menjadi tuan rumah Kongres Ilmu Sosial Asia Tenggara (ASEAN) ke-12 yang dihadiri oleh ribuan ahli sosiologi dari seluruh dunia.
Saat ini, terdapat banyak organisasi profesional dan akademik di Indonesia yang berkaitan dengan sosiologi, seperti Asosiasi Sosiologi Indonesia (ASI) dan Komunitas Sosiologi Indonesia (KSI).
Sosiologi di Indonesia terus berkembang dan menjadi semakin penting untuk memahami dinamika sosial dan menyelesaikan berbagai masalah sosial yang ada di Indonesia.