Filsafat Pencerahan berasal dari Eropa pada abad ke-18 dan menjadi populer di Indonesia pada abad ke-19.
Salah satu tokoh terkenal dari Filsafat Pencerahan di Indonesia adalah Raden Adjeng Kartini.
Filsafat Pencerahan menekankan pada kebebasan berpikir dan bertindak, serta kritik terhadap otoritas dan dogma.
Pemikir Pencerahan di Indonesia sering kali dikaitkan dengan gerakan nasionalisme dan perjuangan untuk merdeka dari penjajahan.
Salah satu konsep penting dalam Filsafat Pencerahan adalah rasionalisme, yaitu keyakinan bahwa pengetahuan harus didasarkan pada akal sehat dan bukti empiris.
Filsafat Pencerahan juga menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan potensi manusia.
Beberapa pemikir Pencerahan di Indonesia juga mengkritik praktik-praktik sosial yang dianggap tidak adil, seperti sistem kasta dan perbudakan.
Filsafat Pencerahan di Indonesia tidak hanya terbatas pada kalangan intelektual, namun juga memengaruhi gerakan rakyat dan masyarakat luas.
Pemikir Pencerahan di Indonesia juga menciptakan karya-karya sastra dan seni yang menginspirasi gerakan nasionalisme.
Meskipun Filsafat Pencerahan tidak lagi menjadi aliran utama dalam pemikiran Indonesia, warisan dan pengaruhnya masih terasa dalam berbagai bidang kehidupan.