Sejarah arsitektur Indonesia dimulai pada zaman prasejarah, ketika manusia mulai membangun rumah-rumah panggung dari kayu dan bambu.
Pada abad ke-7, Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatera menjadi pusat pengembangan arsitektur khas Indonesia, dengan ciri khas candi dan stupa yang berbentuk bulat.
Pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa menjadi pusat pengembangan arsitektur Jawa, dengan ciri khas candi dan benteng-benteng kota.
Pada masa penjajahan Belanda, arsitektur Indonesia mengalami perubahan besar, dengan pengaruh gaya Eropa yang kuat. Gaya arsitektur kolonial Belanda bisa ditemukan di banyak bangunan-bangunan tua di Indonesia.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, arsitektur Indonesia mengalami perkembangan pesat, dengan banyak arsitek Indonesia yang mempelajari gaya arsitektur modern dari Eropa dan Amerika Serikat.
Salah satu arsitek Indonesia terkenal pada masa kemerdekaan adalah Soekarno, yang juga merupakan Presiden pertama Indonesia. Soekarno dikenal sebagai arsitek yang mengembangkan gaya arsitektur nasional Indonesia, yang menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan gaya modern.
Salah satu contoh bangunan arsitektur Indonesia yang paling terkenal adalah Candi Borobudur, yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia. Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan merupakan warisan dunia UNESCO.
Salah satu contoh bangunan arsitektur modern Indonesia yang terkenal adalah Monas, yang merupakan monumen nasional Indonesia. Monas dibangun pada tahun 1961 dan memiliki tinggi 132 meter.
Salah satu contoh bangunan arsitektur tradisional Indonesia yang terkenal adalah rumah adat Toraja, yang berasal dari Sulawesi Selatan. Rumah adat Toraja memiliki bentuk yang unik dan dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah.
Saat ini, arsitektur Indonesia terus berkembang dan mengalami banyak inovasi. Banyak arsitek Indonesia yang mengembangkan gaya arsitektur yang ramah lingkungan dan menggunakan bahan-bahan lokal untuk membangun bangunan-bangunan yang indah dan fungsional.