Rasa umami, yang ditemukan pada makanan seperti keju, daging, dan tomat, adalah rasa kelima yang diakui ilmiah setelah manis, asam, asin, dan pahit.
Lidah manusia dapat mendeteksi rasa hanya dalam hitungan detik dan mampu membedakan antara lebih dari 10.000 jenis rasa.
Rasa tidak hanya terdeteksi di lidah, tetapi juga di hidung. Saat kita makan, aroma makanan masuk ke hidung dan berinteraksi dengan reseptor di sana untuk memberi kita pengalaman rasa yang lengkap.
Warna makanan dapat mempengaruhi persepsi rasa. Misalnya, makanan yang diwarnai merah cenderung dianggap lebih manis daripada makanan yang diwarnai hijau.
Rasa manis secara alami dikaitkan dengan makanan yang mengandung gula, tetapi sebenarnya ada banyak bahan makanan alami lainnya yang dapat memberikan rasa manis, seperti buah-buahan dan sayuran.
Rasa pahit yang kuat pada beberapa jenis makanan sebenarnya dapat memberikan manfaat kesehatan. Misalnya, flavonoid dalam cokelat hitam dan teh hijau yang memberikan rasa pahit diketahui memiliki sifat antioksidan yang kuat.
Tekstur makanan dapat mempengaruhi persepsi rasa. Misalnya, makanan yang renyah dan berair cenderung dianggap lebih menyegarkan daripada makanan yang lembek.
Rasa pedas pada makanan disebabkan oleh zat kimia yang disebut capsaicin, yang ditemukan dalam cabai. Capsaicin dapat merangsang reseptor rasa panas di mulut dan memberikan sensasi terbakar.
Rasa asam pada makanan disebabkan oleh keberadaan asam dalam makanan, seperti asam sitrat dalam jeruk. Rasa asam juga dapat disebabkan oleh fermentasi, seperti pada cuka dan yoghurt.
Rasa asin pada makanan disebabkan oleh kandungan garam dalam makanan. Terlalu banyak garam dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan masalah kesehatan lainnya, sehingga penting untuk mengonsumsi garam dalam batas yang sehat.